Bagian
berikutnya dari cuplikan buku ini menceritakan tentang kejayaan
timnas Spanyol di Euro 2008 yang persis terjadi sebelum Barcelona
memasuki periode tersukses sepanjang sejarah klub.
Saya
akan menceritakan apa yang terjadi jika Anda sempat duduk bersama
Carles Puyol, Xavi Hernandez, dan Andres Iniesta kira-kira pada
pertengahan Mei 2008 dan mengatakan kalau mereka tidak hanya akan
memberikan Spanyol sebuah penampilan yang penuh kejayaan dalam Euro,
tetapi juga periode terbaik dalam sejarah FC Barcelona.
Iniesta
tipe pria rendah hati. Salah satu ekspresi yang paling sering
dilakukannya saat wawancara adalah mengulangi kata-kata, "Qué
sé yo?" ("Apa yang saya tahu?"). Pada hari itu dia
mungkin akan mengubahnya menjadi, "'Qué sabe usted"
("Apakah Anda bercanda?"). Puyol akan memotong pendek
obrolan sambil menyibakkan rambut dan mendengus. Xavi, yang baik
hati, akan menunggu sampai Anda mendapatkan bantuan
psikologis.
Musim
mengerikan Barcelona terjadi di Santiago Bernabeu hanya empat pekan
sebelum Euro 2008 dimulai. Real Madrid menghantam Barca 4-1, pasukan
Frank Rijkaard dipermalukan dengan keharusan memberikan tepuk tangan
kehormatan kepada juara liga. Iniesta cedera, Xavi dikartumerah, dan
Puyol, sampai saat ini, mengenangnya sebagai malam terburuknya
sepanjang karier.
Kemudian
di bawah pengaruh hebat Luis Aragones, ketiganya mengantarkan Spanyol
menuju kejayaan. Proses yang terus saya ikuti selama beberapa pekan
di bawah kabut dan hujan Neustift, dekat Innsbruck.
Bintang
Euro | Spanyol merayakan kejayaan mereka di 2008
Ada
beberapa pendapat yang mengatakan Xavi akan meneruskan masalah lama
bagi klub dan timnas, yaitu berbakat tetapi rapuh. Tetapi dia justru
menjadi solusi tim dan dia membuktikannya saat Euro 2008.
Itu
untuk kali pertama para pemain mungil mulai mendominasi di bawah
kepelatihan Aragones. Iniesta, David Silva, Cesc Fabregas, Santi
Cazorla, Xavi, dan David Villa mengangkat Spanyol ke tingkat
penampilan dan kehandalan terbaru. Tidak satu pun dari mereka yang
lebih tinggi daripada 175 cm, malah beberapa lebih pendek.
Di
grup Spanyol tergabung Rusia, yang dilatih Guus Hiddink. Andrey
Arshavin, dilarang bermain untuk dua laga pertama, tampil lagi pada
laga penentu grup menghadapi Swedia. Dia menghancurkan mereka,
membantu terciptanya gol pertama, menghantam tiang, dan mencetak gol
kedua. Bintang pertandingan. Di perempat-final dia bahkan tampil
lebih baik dengan mengoyak-ngoyak Belanda.
Sebelum
semi-final Spanyol versus Rusia, saya memfilmkan wawancara dengan
Xavi, dia bersemangat. "Pemain kecil lain yang menguasai dunia!
Tahukah Anda, saya bahkan belum pernah mendengar Arshavin sebelum
turnamen ini dan dia tampil luar biasa? Dia hanya salah satu contoh
bagaimana sepakbola diperuntukkan pria-pria cerdas, bukan pemain
besar yang berlari sepanjang hari." Kemudian Xavi merusak hari
Arshavin (bukan untuk kali terakhir) dengan sebuah gol dan penampilan
selayaknya seorang bintang ketika Spanyol menang meyakinkan di
semi-final 3-0.
Tiga
pemain Barcelona itu menjadi tim terbaik turnamen pilihan UEFA. Xavi
memberikan assist untuk terciptanya gol di final dan mereka pulang
sebagai para pahlawan sekaligus penakluk.
Namun,
saat kembali dari liburan, pramusim Barcelona sudah dimulai. Dengan
giat. Tidak ada lagi zona kenyamanan, tidak ada waktu bersantai. Dan
pelatih baru.
Xavi
memaparkan dampat yang langsung diberikan Pep Guardiola sejak kali
pertama. "Ketika kami mulai berlatih, skuat bekerja keras,"
ujarnya. "Para pelatih, staf pelatih fisik, Pep, mereka
mengamati kami seperti sekawanan elang; meminta kami terus
mengulang-ulang, meningkatkan intensitas latihan. Puyol, Andres, dan
saya menatap satu sama lain. 'Wah! Apa yang terjadi di sini? Mereka
tidak main-main'. Lebih penting lagi, saya berkata pada diri sendiri,
'Inilah salah satu momen ketika Anda harus serius berlatih atau
latihan itu yang meninggalkan Anda'."
Empat
tahun dan 13 trofi kemudian, keputusan untuk tidak tertinggal
merupakan pilihan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar